Cerita Ayah yang Kuat (Cerpen Mockingbird)
Cerita Ayah yang Kuat
Setiap malam, setelah bekerja seharian, Pak Budi menghitung uang hasil jerih payahnya. Ia selalu memastikan agar bisa menyisihkan uang untuk biaya sekolah Rian. Suatu hari, datang musim kemarau panjang. Sawah Pak Budi mulai mengering, dan hasil panennya berkurang. Karena uangnya semakin sedikit, Pak Budi akhirnya mencari pekerjaan lain. Dia menjadi buruh di bangunan dan juga menarik becak di pasar. Walaupun lelah, Pak Budi tetap semangat, karena dia ingin memastikan Rian bisa terus bersekolah.
Lalu suatu hari, seorang teman lama Pak Budi datang dan menawarkan pekerjaan di kota. Gajinya lebih besar, tetapi pekerjaan ini akan membuat Pak Budi harus pergi dari desa dan meninggalkan Rian selama beberapa bulan. Pak Budi bingung, tapi ia tahu ini adalah kesempatan untuk mendapatkan uang lebih agar Rian bisa terus sekolah. Akhirnya, setelah berpikir panjang, Pak Budi menerima tawaran itu. Ia menitipkan Rian kepada guru di sekolah yang bersedia membimbing dan memantau Rian selama ia pergi.
Di kota, Pak Budi bekerja siang dan malam. Ia menabung hampir semua uangnya demi masa depan Rian. Meski sering merasa rindu, Pak Budi terus bekerja dengan tekad kuat. Setelah beberapa bulan, ia pun pulang ke desa dengan membawa cukup uang untuk biaya sekolah Rian. Ketika Pak Budi tiba di rumah, Rian langsung memeluknya erat-erat. Pak Budi tersenyum bahagia, melihat anaknya sehat dan tetap semangat belajar.
Sejak saat itu, dengan uang yang dikumpulkan Pak Budi, Rian bisa terus bersekolah tanpa kekurangan. Tahun demi tahun berlalu, hingga Rian akhirnya lulus SMA dengan nilai yang bagus. Pada hari kelulusan itu, Rian berdiri di depan teman-temannya, memandang ayahnya yang duduk di antara para orang tua. Dengan suara pelan tapi penuh haru, Rian berkata, “Terima kasih, Ayah, untuk semua kerja keras yang Ayah lakukan demi aku.” Pak Budi tersenyum bangga. Melihat Rian berhasil lulus dan siap meraih masa depan yang cerah adalah kebahagiaan terbesar baginya. Semua kerja keras dan pengorbanannya kini terasa sangat berarti. Pak Budi merasa tenang dan bahagia, karena Rian akan menjalani hidup yang lebih baik, sebuah kehidupan yang dulu ia impikan untuk anaknya.
Oktober 30, 2024
Comments
Post a Comment